R.A. Kartini Dalam Pro dan Kontra Perjuangan




Ibu kita kartini, putri sejati...

Putri indonesia, Harum namanya...
....

Begitulah kawan, beberapa baris yang merupakan bagian bait lagu Ibu Kita Kartini. Semua tahu siapa pencitannya, buah karya sang maestro ternama yang juga pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya. Yah Betul sekali Kawan, beliau adalah W.R. Soepratman, bait-bait lagu Ibu kita kartini merupakan buah dari ketertarikan beliau pada surat-surat kartini. Seorang perempuan pribumi yang sangat menarik perhatian masyarakat belanda dengan pemikiran-pemikirannya yang luar biasa.


Raden Adjeng Kartini namanya atau lebih tepatnya Raden Ayu Kartini, beliau dilahirkan di Jepara, Jawa Tengah pada 21 April 1879. Kala itu masih belum ada Indonesia, tanah jawa masih menjadi Hindia Belanda. Kartini merupakan sosok perempuan yang dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan-perempuan pribumi. Berasal dari keluarga kalangan priyai (sekelas bangsawan) tak begitu saja memuluskan perjuangannya dalam membela derajat kaum hawa dan bangsa. Banyak kontroversi dalam perjalanan perjuangannya, berikut diantaranya;


Versi buku dari surat-surat yang pernah dikirimkan R.A. Kartini
Ternyata setelah wafatnya R.A Kartini menarik perhatian Mr. J.H Abendanon untuk mengumpulkan surat-surat yang pernah dikirim kartini. Buku tersebut diberi judul Door Duisternis tot Licht (Dari kegelapan Menuju Cahaya) yang diterbitkan tahun 1911. Setelah kemunculan versi pertama tersebut, kini giliran Balai pustaka kembali menerbitkan buku dari kumpulan surat-surat Kartini. Sedikit lebih berbeda dari yang pertama, Balai pustaka menerbitkannya dengan bahasa melayu yang diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran. Buku tersebut diterjemahkan oleh empat bersaudara pada tahun 1922. Versi lainnya adalah Habis Gelap Terbitlah terang versi Armijn Pane yang merupakan sastrawan pujangga baru. Tak hanya dibukukan, surat-surat Kartini pun banyak diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Karena banyak dalam bahasa inggris, penerjemahan juga pernah dilakukan dalam bahasa jawa dan sunda.


Perdebatan penetapan hari besar
Ternyata penetapan Tanggal Lahir Kartini sebagai hari besar sempat menjadi perdebatan yang kontroversional. Karena pihak yang kontra dengan hal tersebut, perayaan hari Kartini pun dirayakan pada tanggal 22 Desember. Alasannya, agar tidak pilih kasih terhadap pahlawan-pahlawan wanita Indonesia. Ternyata perayaan tersebut dibarengi dengan perayaan Hari Ibu.


Simpang siur Wafatnya Kartini
Banyak fakta, banyak bukti, banyak saksi, tetapi namanya juga sejarah. Kejadian dimasa lampau selalu menjadi sejarah yang kadang menjadi sebuah misteri walaupun tiga hal tadi terungkap. Kartini wafat 17 September 1904, pada umur 25 tahun. Menurut sejarah, Kartini meninggal pascamelahirkan, tepatnya 4 hari setelah melahirkan. Namun menurut buku yang dibuat Efatino Febriana menyatakan bahwa kartini meninggal karena dibunuh. Efatino mencoba mencari fakta-fakta kematian Kartini, bahkan diakhir bukunya menyatakan bahwa kematian kartini telah direncanakan. Pernyataan tersebut pun diperkuat oleh Sitisoemandari dalam bukanya "Kartini, Sebuah Biografi". Sitisoemandari menduga bahwa kematian Kartini merupakan permainan jahat dari Belanda yang ingin membungkam Kartini dalam pemikiran-pemikiran majunya yang ternyata memiliki wawasan kebangsaan.

Hal itu ditegaskan kembali oleh dokter yang menolongnya yaitu Dr Van Ravesten. Menurutnnya selama 4 hari setelah melahirkan Kartini baik-baik saja. Bahkan dokter dan kartini sempat minum anggur bersama sebagai salam perpisahan setelah sembuh. Namun setelah momen tersebut Kartini mengalami kehilangan kesadaran yang kemudian melemah dan meninggal dunia.

R.A. Kartini
Kawan, itulah beberapa hal kontroversial yang yang dialami seorang Pahlawan Wanita Indonesia. Walaupun kisahnya sangat memilukan, kita patut mencontoh pribadi R.A. Kartini. Karena semangat dan pemikiran majunya, hingga saat ini selalu harum dan dikenang di hati kita.

Tetap semangat dan selalu ingat JAS MERAH "JAngan Sekali kali MElupakan sejaRAH"

No comments for "R.A. Kartini Dalam Pro dan Kontra Perjuangan"